Minggu, 31 Oktober 2010

FIQIH AL-MUYASSAR (KITAB THAHARAH - BAB NAJIS - TAMAT)

بـسم الله الرّ حمن الرّ حيم



Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh,

Barakallahu fiika (semoga Allah merahmati mu)



Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Shalawat dan Salam atas nabi terakhir Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam, tidak ada nabi setelah beliau Shalallahu 'alaihi wassalam. semoga Shalawat dan Salam atas keluarga beliau, shahabat beliau dan orang – orang yang mengikuti Sunnah beliau sampai akhir zaman.



Amma Ba'du, (adapun selanjutnya)

Alhamdulillah kami sudah menjelaskan pada pertemuan yang lalu tentang Kitab Thaharah – Bab Air. Bagi yang ingin belum baru bergabung silahkan lihat di forum diskusi pada group ini atau di wesite kami www.ibnu-firdaus.blogspot.com



Pada pembahasan yang lalu sudah dijelaskan tentang najis – najis yang berasal dari tubuh manusia. Sekarang kita masuk kedalam najis yang ada pada benda-benda.

Sabtu, 23 Oktober 2010

FIQIH AL-MUYASSAR (KITAB THAHARAH - BAB NAJIS)

بـسم الله الرّ حمن الرّ حيم


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh,Barakallahu fiika (semoga Allah merahmati mu)


Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Shalawat dan Salam atas nabi terakhir Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam, tidak ada nabi setelah beliau Shalallahu 'alaihi wassalam. semoga Shalawat dan Salam atas keluarga beliau, shahabat beliau dan orang – orang yang mengikuti Sunnah beliau sampai akhir zaman.


Amma Ba'du, (adapun selanjutnya)

A. DEFINISI NAJIS DAN NAJIS

Najis adalah segala sesuatu yang dianggap kotor oleh Syariat (agama) dan diperintahkan kepada kita untuk membersihkan nya.


Hadats (baca : Hadas) adalah sifat maknawi (tidak terlihat) yang terdapat dibadan seseorang, apabila ada sebab yang menghalangi dari ibadah.


---ooo---



B. KAIDAH UMUM / HUKUM ASAL



Kami sarankan bagi saudara kami, untuk menghafal kaidah / hukum asal ini. Karena ini sangat penting sekali. Perhatikan kalimat dibawah ini.


“Hukum asal segala sesuatu adalah Mubah (boleh/halal) dan suci. Sampai ada dalil yang mengeluarkan nya dari status Mubah (boleh/halal) dan suci.”


Dengan demikian, siapa saja yang menganggap sesuatu itu najis, WAJIB bagi nya membawakan dalil yang kuat. Baik itu dari al-Quran maupun as-Sunnah yang Shahih dan Ijma’ (Kesepakatan). Jika tidak bisa menunjukkan dalil nya maka kita harus berpegang kepada hukum asal nya yaitu suci dan mubah. Karena hukum najis suatu benda adalah hukum pembebanan yang bersifat umum. Oleh karena itu tidak boleh memvonis sesuatu itu najis kecuali dengan membawakan dalil / hujjah tentang nya. [as-Sailal Jarrar 1:3]


Contoh : Air Liur Manusia, atau Keringat Manusia, atau Cairan yang keluar ketika kita pilek. Ketiga perkara tersebut adalah kotor, akan tetapi dia bukan najis. Kenapa....? Karena tidak ada satupun dalil baik itu dari al-Quran, as-Sunnah (hadits Nabi). Yang menjelaskan itu adalah Najis. Lalu bagaimana hukum nya...? Hukum nya adalah kembali kepada hukum asal nya yakni “Hukum asal segala sesuatu adalah Mubah (boleh/halal) dan suci. Sampai ada dalil yang mengeluarkan nya dari status Mubah (boleh/halal) dan suci.”


Saya rasa ini adalah perkara yang jelas, Insya’Allah. Sekarang mari kita masuk kedalam benda – benda Najis itu apa saja.


---ooo---



C. BENDA – BENDA NAJIS



Najis itu ada 10 Benda, secara umum sebagai berikut :

3 Najis yang berhubungan dengan manusia :
a. Air Kencing Manusia (Air Seni) dan Kotoran Manusia (Tinja/Feses)
b. Madzi dan Wadi
c. Darah Haid dan Nifas

7 Najis yang berhubungan dengan benda yang lain nya :
d. Kotoran Hewan yang tidak boleh dimakan daging nya
e. Air Liur Anjing
f. Daging Babi
g. Bangkai
h. Potongan Tubuh dari Hewan yang Masih Hidup
i. Sisa (su’r) Makan dan Minum dari Binatang Buas atau hewan yang tidak boleh dimakan daging nya.
j. Daging Hewan – Hewan yang tidak boleh dimakan


---ooo---


Adapun dalil nya, insya’Allah saya bawakan bersama dengan cara bersuci dari najis tersebut.

a. Air Kencing dan Kotoran Manusia
adalah najis berdasarkan kesepakatan ulama (ijma’ ulama).Adapun dalil dari hadits (as-Sunnah) Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam adalah sabda beliau Shallallahu’alaihi wa sallam :


“Jika sandal salah seorang dari kamu menginjak kotoran, maka tanah adalah pembersih baginya.” [Shahih : Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud rahimahullah didalam Sunan nya. Hadits no 385. Hadits ini di Shahihkan oleh Syaikh Al-Albani didalam Shahih Sunan Abu Dawud no 834]


Adapun najis nya air kecing, juga berdasarkan Hadits Anas Radhiyallahu’anhu, yakni ada seorang arab badui yang buang air kencing di masjid, setelah selesai. Nabi meminta seember air lalu menyiramkan di atas bekas nya. [Shahih : Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari didalam Shahihnya no 6025 dan Imam Muslim didalam Shahihnya no 284]


Saya mempunyai risalah kecil tentang hadits Arab Badui ini, yang kami beri judul “Risalah Al-Arabi” silahkan merujuk kepada nya, jika ingin mengambil faidah yang lebih luas dari hadits tersebut.


b. Madzi dan Wadi
Madzi (baca : Mazi) adalah cairan putih bening yang keluar dari kemaluan laki – laki atau wanita, dikarenakan dorongan hawa nafsu (syahwat) atau tidak, yang keluar tidak memuncrat dan tidak berakhir dengan kelemasan. Boleh jadi keluar nya tanpa dirasakan sebelum nya.


Adapun Wadi adalah cairan putih bening yang agak kental biasa nya keluar sesudah buang air kecil.


Dalil tentang Najis nya Madzi dan Wadi adalah sebagai berikut :Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu, ia berkata : Aku adalah seorang laki – laki yang sering mengeluarkan madzi, dan aku merasa malu bertanya (langsung) kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam karena aku suami puterinya. Lalu ku perintahkan al-Miqdad bin al-Aswad (bertanya kepada Beliau), kemudian dia (al-Miqdad) bertanya kepada beliau, lalu beliau bersabda :


“(Hendaklah) ia membersihkan kemaluan nya dan (lalu) berwudhu.” [Shahih : Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim semoga Allah merahmati kedua nya]


Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, katanya : ”Mani, Wadi dan Madzi. Adapun Mani maka harus mandi karena mengeluarkan nya. Adapun Wadi dan Madzi, maka ia berkata, Hendaklah mencuci dzakar mu (atau kemaluan mu dicuci) dan berwudhulah sebagaimana wudhu’mu untuk shalat.” [Shahih : Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Baihaqi. Dishahihkan oleh Al-Allamah Al-Albani didalam Shahih Sunan Abu Dawud no 190. Semoga Allah merahmati mereka semua]



c. Darah Haid
Dalil tentang najis nya darah haid adalah hadits dari Asma’ binti Abu Bakar radhiyallahu’anhuma, ia berkata : ”telah datang seseorang perempuan kepada Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, seraya berkata : ”Wahai Rasulullah, seseorang diantara kami, pakaian nya terkena darah haid, bagaimana dia harus berbuat?” Maka beliau bersabda : ”(hendaklah) ia menggosokkan, kemudian mengerik nya dengan air, kemudian membilasnya, lalu (boleh) shalat dengan nya.” [Shahih : Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Ini lafazh Imam Muslim. Semoga Allah merahmati mereka berdua]

---ooo---

Soal : Mungkin ada pertanyaan bagaimana dengan air Mani....?
Jawab : Mani adalah cairan putih kental yang keluar disebabkan oleh Syahwat, keluar dengan memuncrat, kental dan keluar disusul dengan rasa kelemasan dan kenikmatan.


Adapun hukum Mani, para ulama terbagi menjadi dua pendapat :
1. Mani itu Najis. Ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Malik dan satu riwayat dari Imam Ahmad.

2. Mani itu Suci. Ini adalah pendapat Imam Asy-Syafi’i, Dawud dan ini adalah riwayat yang paling Shahih dari Imam Ahmad. Semoga Allah merahmati mereka semua.Ini (yakni Mani itu Suci) juga pendapat beberapa orang Sahabat Nabi, diantara mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqas, Ibnu Abbas dan selain dari nya –semoga Allah meridhai mereka-

Mereka berkata : ”Sesungguhnya mani itu seperti dahak dan ludah. Bersihkanlah darimu, walaupun dengan idzkhir (salah satu nama tumbuhan).”

Kesimpulan : Pendapat yang paling kuat adalah MANI ITU SUCI.


Untuk lebih luas nya silahkan baca didalam kitab Shahih Fiqih Sunnah, karya Syaikh Abu Malik Kamal hafizhullah. Kitab Tamamul Minna fi Fiqihis Kitab wa Shahih Sunnah, karya Syaikh Abu Abdurrahman Adil bin Yusuf Al-Azzazi hafizhullah, dan kitab ulama lain nya.


Sampai disini saja, pembahasan Bab Najis Insya’Allah akan disambung 7 Najis yang berada pada selain manusia. Wallahu a’llam.


Ditulis : Padang, Jum’at : 14 Dhu Al-Qi’da 1431 H / 22 Oktober 2010 M


Pelayan Sunnah Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam.


Prima Ibnu Firdaus Ar-Arani


Semoga Allah mengampuni kami, kedua orangtua kami, keluarga kami dan kaum muslimin umumnya.

Salurkan Infak, Wakaf dan Sedekah.

untuk pembagunan Masjid al-Barkah Padang.
lihat :

http://mtibsumbar.blogspot.com/2010/07/panitia-pembebasan-tanah-pembangunan.html

untuk pembagunan Islamic Center Dar El-Iman Padang.
lihat :

http://www.dareliman.or.id/

DIMANAKAH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA……….?

Pertanyaan yang terabaikan, padahal inilah pertanyaan yang penting. Pertanyaan ini pernah ditanyakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam kepada seorang budak, maka budak itu menjawab “Dilangit” dan seterusnya. (lihat didalam tulisan ini).



Jika engkau tanyakan kepada manusia pada hari ini, “Dimana Allah....?” Mereka menjawab :

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berada dimana – mana.
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berada didalam diri kita.
3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berada tidak punya tempat dan tidak punya arah.

Lihatlah, betapa bodoh nya mereka terhadap al-Quran. Betapa sesatnya ucapan mereka. Saya tanyakan kepada mereka “Apakah anda lebih mengetahui Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada Allah Subhanahu wa ta’ala sendiri...?” Apakah anda lebih mengetahui, atau Allah yang lebih mengetahui tentang diri-Nya. Jawab......! Wahai orang yg berada didalam kebimbangan. Jawab...!

Kamis, 14 Oktober 2010

Kenapa Mereka Marah Terhadap Islam….?

Kenapa Mereka Marah Terhadap Islam….?

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb semesta alam. Yang telah menurunkan kitab yang sempurna al-Quran dan mengutus Nabi yang mulia, Muhammad bin Abdullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Dan semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat beliau dan orang yang mengikuti agama beliau dengan baik sampai hari kiamat.

Amma ba’du (Adapun selanjutnya)
Baru – baru ini kita mendengar berita bahwa terjadi pembakaran al-Quran oleh beberapa orang pastur nasrani -semoga Allah melaknat mereka. Maka muncul beberapa aksi protes dari berbagai negara, baik dari indonesia sendiri sebagai negara Islam terbesar didunia, maupun negara – negara lain nya. Ada diantara mereka yang berdemo, ada diantara mereka yang mengirim surat kepada pemerintah dan berbagai tindakan yang lain. Kami tidak akan menjelaskan bagaimana sikap kita seharusnya terhadap peristiwa pembakaran itu. Akan tetapi yang ingin kami jelaskan disini adalah menjawab pertanyaan yang mungkin ada didalam benak dan pikiran kita, ”Kenapa Mereka Marah (Benci) Terhadap Islam...?” inilah judul artikel dan pembahasan kali ini.

Mari kita awali pembahasan kita dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” [Q.S Al-Baqarah ayat 119]

Senin, 11 Oktober 2010

FIQIH AL-MUYASSAR (KITAB THAHARAH - BAB AIR)

Kitab Thaharah (Bab Air)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarkatuh,
Barakallahu fiika (semoga Allah merahmati mu)

Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga Shalawat dan Salam atas nabi terakhir Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam, tidak ada nabi setelah beliau Shalallahu 'alaihi wassalam. semoga Shalawat dan Salam atas keluarga beliau, shahabat beliau dan orang – orang yang mengikuti Sunnah beliau sampai akhir zaman.

Amma Ba'du,
Alhamdulillah, seorang Muslim hendaknya mengetahui mana air yang suci dan air yang najis dan benda – benda najis. Supaya wudhu’ yang kita lakukan sah. Jika kita tidak mengetahui nya. Maka ini sangat berbahaya sekali. Karena berwudhu’ dengan air najis maka tidak sah wudhu’ nya. Dan shalat nya batal. Kita langsung saja masuk kedalam pembahasan nya.

MOHON DIPERHATIKAN PEMBAHASAN INI, KARENA FIKIH ILMU YANG LUAS DAN AWAL DAN AKHIR NYA SALING TERKAIT. JIKA ADA YANG TIDAK MENGERTI MOHON DI BERITAHUKAN. JIKA TIDAK KAMI TIDAK MENJELASKANNYA KEMBALI.

Catatan : Kami bawakan Referensi Asli nya supaya mudah dicek ke kitab asal nya. Dan hendaknya kita menghafal hukum – hukum asal nya. Karena hukum asal ini kami keluarkan dari berbagai dalil dan ini sangat penting bagi orang yang mau memahami dan mendapatkan ilmu dengan mudah dan cepat.

KITAB THAHARAH (BERSUCI)

Thaharah menurut bahasa adalah bersih dan suci dari berbagai hadats. Sedangkan menurut Istilah Fikih, Thaharah adalah menghilangkan hadats atau membersihkan najis.

Permasalahan ini dinukil dari kitab :
al-Majmul Syarhul Muhadzdzab, Imam Nawawi 1 : 79, Lihat Kitab Al-Wajiz pada Kitab Thaharah

1. Hukum asal Thaharah atau bersuci dan menghilangkan najis adalah wajib, apabila diketahui dan mampu melakukan nya.

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
وثيا بك فطهّر
“Dan pakaianmu bersihkanlah,” (Q.S Al-Mudatstsir ayat 4)

Permasalahan ini dinukil dari kitab :
Shahih Fiqh as-Sunnah, Lihat Kitab Shahih Fiqih Sunnah Jilid 1, pada Kitab Thaharah

2. Urgensi Thaharah, sesungguhnya Thaharah itu adalah

a. Syarat Sah nya Shalat seorang hamba.

Sebagaimana Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam bersabda :

” Tidak diterima shalat orang yang berhadats hingga ia berwudhu”

Derajat Hadits : Shahih
Dikeluarkan (ditakhrij) oleh Muttafaqun ’alaihi, Imam Bukhari (135) dan Imam Muslim (225). Hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi. Semoga Allah merahmati mereka semua

b. Allah memuji orang – orang yang bersuci, dengan firman-Nya.

”Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Q.S 2 Al-Baqarah ayat 222)

c. Kelalaian membersihkan diri dari najis merupakan salah satu sebab turunnya siksa kubur. Sebagaimana diriwayatkan dari sahabat yang mulia, Ibnu Abbas Radhiyallahu’anha, ia berkata.

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam melewati dua kubur, lalu beliau bersabda :

”Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang diadzab dan tidaklah mereka berdua diahzab karena suatu perkara yang besar (yang sulit dikerjakan). Adapun orang ini, ia tidak membersihkan diri dari air seninya...”

Derajat Hadits : Shahih
Dikeluarkan (ditakhrij) oleh Imam Abu Dawud (20), Imam An-Nasa’i (31) dan (2069) dan Imam Ibnu Majah (347) dengan sanad Shahih, semoga Allah merahmati mereka semua

Permasalahan ini dinukil dari kitab :
Shahih Fiqh as-Sunnah, Lihat Kitab Shahih Fiqih Sunnah Jilid 1, pada Kitab Thaharah

”Peringatan dan Nasehat”
Maka perhatikan permasalahan ini, janganlah kita sampai di siksa dan di ahzab hanya dikarenakan oleh kita tidak memperhatikan kebersihan diri kita dan lalai dari bersuci. Orang yang pertama tadi disiksa karena dia tidak membersuci ketika buang air kecil. Maka perhatikanlah wahai saudara ku.

BAB AIR
Semua air yang diturunkan dari langit dan yang keluar dari bumi adalah suci dan mensucikan

Dalil nya banyak sekali diantara nya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

”Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang Amat bersih” (Q.S 25 Al-Furqaan ayat 48)

Dan Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam tetang air laut :

”Ia (air laut itu) suci airnya dan halal bangkainya”

Derajat Hadits : Shahih
Dikeluarkan (ditakhrij) oleh Imam Malik didalam Al-Muwaththa’ hal 26 no 40, Imam Abu Dawud didalam Sunnan nya I : 152 no 83, Imam at-Tirmidzi didalam Sunnan nya I : 47 no 69, Imam Ibnu Majah didalam Sunan nya I : 136 no 386, Imam an-Nasa’i didalam Sunan nya I : 176 dan hadits ini juga di Shahihkan oleh Imam Al-Albani didalam Shahih Ibnu Majah no 309, semoga Allah merahmati mereka semua.

Serta pada sabda Nabi Shallallahu’alaihi wa Sallam tetang sumur budha’ah :

”Sesungguhnya air itu suci, tidak bisa dinajiskan oleh sesuatupun.”

Derajat Hadits : Shahih
Dikeluarkan (ditakhrij) oleh Imam at-Tirmidzi didalam Sunnan nya I : 45 no 66, Imam An-Nasa’i didalam Sunnan nya I : 174, Imam Syamsul Haq Al-’Azhim Abadi didalam kitabnya ’Aunul Ma’bud I : 126 – 127 no 66 – 67, dan hadits ini juga di Shahihkan oleh Imam Al-Albani didalam Irwa-ul Ghalil no 14. semoga Allah merahmati mereka semua

Masalah :
Bagaimana dengan air yang sudah bercampur dengan sesuatu yang suci...?

Jawab nya :
Air tersebut suci meskipun bercampur dengan sesuatu yang suci, selama tidak keluar dari batas kesucian nya yang mutlak.

Dalil nya : Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wa Sallam kepada sekelompok wanita yang akan memandikan puteri Beliau Shallallahu’alaihi wa Sallam, beliau bersabda :

”Mandikanlah dia tiga kali, atau lima kali atau lebih dari itu kalau kamu berpendapat begitu dengan air dan daun bidara. Dan pada kali yang terakhir berilah kapur barus atau sedikit kapur barus.”

Derajat Hadits : Shahih
Dikeluarkan (ditakhrij) oleh Imam Bukhari lihat didalam Fathul Baari III : 125 no 1253 dan Imam Muslim didalam Shahih nya II : 646 no 939. Semoga Allah merahmati mereka semua.

Dengan demikian tidak boleh kita terburu – buru menghukumi bahwa air itu najis, sekalipun air itu bercampur dengan barang yang najis, kecuali apabila najis tersebut mengubah salah satu dari sifat air yaitu mengubah baunya, mengubah rasanya, mengubah warnanya. Ini berdasarkan pada hadits Abu Sa’id Radhiyallahu’anhu, ia berkata :

”Ada seseorang yang bertanya, Ya Rasulullah, bolehkah kami berwudhu’ dengan air sumur budha’a? Yaitu sebuah sumur yang darah haidh, daging anjing, dan barang yang busuk dibuang ke dalamnya.” Maka jawab beliau Shallallahu’alaihi wa Sallam, ”Air itu suci, tidak bisa dinajiskan oleh sesuatu apapun.”

Derajat Hadits : Shahih
Dikeluarkan (ditakhrij) oleh Imam at-Tirmidzi didalam Sunnan nya I : 45 no 66, Imam An-Nasa’i didalam Sunnan nya I : 174, Imam Syamsul Haq Al-’Azhim Abadi didalam kitabnya ’Aunul Ma’bud I : 126 – 127 no 66 – 67, dan hadits ini juga di Shahihkan oleh Imam Al-Albani didalam Irwa-ul Ghalil no 14. semoga Allah merahmati mereka semua

Kesimpulan nya adalah
a. Hukum asal air (yaitu semua air yang turun dari langi dan yang keluar dari bumi) adalah suci dan mensucikan.

b. Apabila air tersebut bercampur dengan sedikit sesuatu yang suci, maka air itu tetap suci selama tidak keluar dari batas kesucian mutlak (yang tetap pada bentuk asal penciptaanya).

c. Apabila air tersebut bercampur dengan najis, tidak boleh terburu – buru menghukumi bahwa air itu najis, kecuali apabila berubah salah satu dari sifat nya (merubah baunya, rasanya, atau warnanya) karena pengaruh barang najis tersebut dan dia mengetahui bahwa air itu najis.

Diringkas dari kitab :

1. Al-Wajiz, Syaikh Abdul Azhim al-Khalafi
2. Shahih Fiqih Sunnah, Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim

Wallahu'allam, pemabahasan air selesai disini. buletin selanjutnya akan membahas tetang "NAJIS DAN CARA BERSUCI DARI NYA"

Padang, 11 okt 2010

Prima Ibnu Firdaus Arani Abu Abdullah

sumber : www.ibnu-firdaus.blogspot.com

Senin, 04 Oktober 2010

DIMANAKAH ALLAH SUBHANAHU WA TA’ALA……….?

Pertanyaan yang terabaikan, padahal inilah pertanyaan yang penting. Pertanyaan ini pernah ditanyakan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam kepada seorang budak, maka budak itu menjawab “Dilangit” dan seterusnya. (lihat didalam tulisan ini).



Jika engkau tanyakan kepada manusia pada hari ini, “Dimana Allah....?” Mereka menjawab :

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berada dimana – mana.
2. Allah Subhanahu wa Ta’ala berada didalam diri kita.
3. Allah Subhanahu wa Ta’ala berada tidak punya tempat dan tidak punya arah.

Lihatlah, betapa bodoh nya mereka terhadap al-Quran. Betapa sesatnya ucapan mereka. Saya tanyakan kepada mereka “Apakah anda lebih mengetahui Allah Subhanahu wa Ta’ala daripada Allah Subhanahu wa ta’ala sendiri...?” Apakah anda lebih mengetahui, atau Allah yang lebih mengetahui tentang diri-Nya. Jawab......! Wahai orang yg berada didalam kebimbangan. Jawab...!



Dzat Allah Subhanahu wa ta’ala berada dilangit, ada 1.000 dalil baik itu dari al-Quran, as-Sunnah, ijma’ (kesepakatan ulama), atau perkataan sahabat, tabi’in dan ulama lain nya. Yang semua nya menetapkan



“Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam diatas Arsy-Nya. Ilmu, Penglihatan, Pendengaran Allah Subhanahu wa ta’ala bersama kita”



Inilah aqidah yang besar, maka perhatikan. Perhatikanlah, wahai saudara ku.



Berikut dalilnya.



DALIL DARI AL-QURAN

Adapun dari al-Quran sangat banyak sekali ayat yang menetapkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala itu diatas langit, diatas Arsy-Nya bersemayam.



Ø Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menyebutkan bersemayam-Nya didalam 7 tempat didalam al-Quran :

1. Al-A’raaf ayat 54
2. Yunus ayat 3
3. Ar-Ra’d ayat 2
4. Thaahaa ayat 5
5. al-Furqaan ayat 59
6. as-Sajdah ayat 4
7. dan al-Hadiid ayat 4



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Lalu Dia bersemayam diatas Arsy” [Q.S Al-A’raaf yata 54]



Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Pendapat yang kami ikuti berkenaan dengan masalah ini adalah pendapat Salafus Shalih seperti Imam Malik, al-Auza’i, ats-Tsauri, al-Laits bin Sa’ad, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan Imam – imam lain sejak dahulu hingga sekarang, yaitu membiarkan nya seperti apa adanya, tanpa mempersoalkan hakekatnya, tanpa menyerupai dan tanpa menolaknya.” [Lihat, Tafsir Al-Quran al-Adzhim, Imam Ibnu Katsir]



Ø Ayat yang lain yang sangat jelas sekali, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang berada di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang?” [Q.S Al-Mulk ayat 16]



Juga firman-Nya :

“Seseorang telah meminta kedatangan azab yang akan menimpa, orang-orang kafir, yang tidak seorangpun dapat menolaknya, (yang datang) dari Allah, yang mempunyai tempat-tempat naik. malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” [Q.S 70 Al-Ma’aarij ayat 1-4]



Dan banyak lagi ayat yang semakna seperti ini, silahkan baca al-Quran dan terjemahan nya. Maka engkau akan menemukan ayat yang sangat banyak lagi. Yang semua nya menetapkan Allah Subhanahu wa ta’ala itu dilangit, bersemayam diatas Arsy-Nya.



Dan terakhir, ayat yang sama-sama kita sudah hafal –saya kira- yakni ayat Kursi. Firman-Nya :

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” [Q.S Al-Baqarah ayat 255]



---ooo---



DALIL DARI AS-SUNNAH

Adapun dalil dari as-Sunnah sebagai berikut –cukup satu hadits saja-

Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bertanya kepada budak perempuan milik Mu’awiyah bin Hakam as-Sulamy, sebagai ujian keimanan sebelum budak tersebut dimerdekakan.



Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bertanya kepada budak perempuan itu, “Dimanakah Allah?” Jawab budak perempuan, “Di atas langit?” Beliau bertanya lagi, “Siapakah aku?” Jawab budak perempuan “Engkau adalah Rasulullah” Beliau Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Merdekakanlah dia! Karena sesungguhnya di seorang perempuan yang beriman (mukminah).”



Hadits ini Shahih, Dikeluarkan oleh Jama’ah ahli hadits, diantara nya :

1. Imam Malik didalam al-Muwaththa
2. Imam Muslim, juz 2 hal 70-71
3. Imam Abu Dawud, no 930 – 931
4. Imam An-Nasai, juz 3 hal 13 -14
5. Imam Ahmad, juz 5 hal 447, 448 dan 449
6. Imam Darimi, juz 1 hal 353 – 354
7. Imam Abu Dawud ath-Thayaalisiy di Musnad nya, no 1105
8. Imam Ibnul Jaarud dikitabnya al-Muntaqa, no 212
9. Imam Baihaqi, didalam Sunanul Kubra juz 2, hal 249-250
10. Imam Ibnu Khuzaimah didalam kitab nya at-Tauhid, hal 121-122
11. Imam Ibnu Abi ‘Ashim didalam kitabnya as-Sunnah, no 489, ditakhrij oleh Al-Allamah Al-Albani
12. Imam Utsman bin Sa’id ad-Darimi di kitabnya ar-Raddu ‘Alal Jahmiyyah, no 60, 61 dan 62 hal 38-39
13. Imam al-Laalika di kitab nya as-Sunnah no 652 dan lain – lain nya. [Lihat, takhrij hadits ini didalam Al-Masaa’il, jil-1 masalah ke-8, Ustadz Abdul Hakim]

Dari kita mengetahui betapa bodohnya Prof. DR. Quraisy Shihab didalam ilmu hadits –bahkan tafsir dan. –ketika dia mengatakan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak pernah bersabda seperti diatas!? Demikian dia memuntahkan didalam kitabnya ”Membumikan al-Quran” Semoga Allah memberikan hidayah kepada Prof. DR. Quraisy Shihab dan wajib bagi dirinya untuk mendatang dalil, Kenapa dia menolak hadits yang SHAHIH diatas.



---ooo---



DALIL KESEPAKATAN ULAMA (IJMA’ ULAMA)

Adapun dalil dari ijma’ (kesepakatan) ulama sebagai berikut :



Ø Perkataan Imam Abu Hanifah (semoga Allah merahmatinya) Lahir 80 H – Wafat 150 H

Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata : “Siapa yang berkata : “Saya tidak tahu Tuhan ku itu dimana, di langit atau di bumi” maka orang tersebut telah menjadi KAFIR. Demikian pula orang yang berkata : “Tuhan ku diatas Arsy. Tetapi saya tidak tahu Arsy itu di langit atau di bumi.” [Lihat, al-Fiqh al-Absath hal 46 dan kitab lain – lain nya]



Ø Perkataan Imam Malik (semoga Allah merahmatinya) Lahir 93 – Wafat 179 H

Imam Malik bin Anas rahimahullah berkata : “Cara Allah bersemayam (istiwa) tidaklah dapat dicerna dengan akal, sedangkan bersemayam (istiwa’) itu sendiri sudah dimaklumi makna nya (artinya sebagaimana adanya-pnls). Sedangkan kita wajib mengimaninya (yakni Allah bersemayam-pnls). Dan bertanya (bagaimana) adalah Bid’ah (perkara yang baru didalam agama). Dan saya kita kamulah PELAKU BID’AH itu.” Kemudian Imam Malik menyuruh orang itu agar dikeluarkan dari rumah beliau.” [Lihat, al-Hilyah, VI/325 – 326 dan kitab ulama lain nya]



Ø Perkataan Imam Syafi’i (semoga Allah merahmatinya) wafat 204 H.

Imam Syafi’i rahimahullah berkata : ”Berbicara tentang Sunnah yang menjadi pegangan saya, murid – murid saya, begitu pula para ahli hadits yang saya lihat dan saya ambil ilmu mereka, seperti Sufyan, Malik dan lain-lain, adalah iqrar seraya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, serta bersaksi bahwa ALLAH DI ATAS ARSY di LANGIT, dan dekat dengan makhluk-Nya, terserah kehendak Allah dan Allah itu turun ke langit terdekat (dunia) kapan saja Allah berkehendak.” [Lihat, I’tiqad al-A’immah al-Arba’ah, hal 58 – 59]



Ø Perkataan Imam Ahmad bin Hanbal (semoga Allah merahmatinya) wafat 241H.

Imam Ahmad rahimahullah berkata : ”Kami mengimani bahwa Allah ada diatas Arsy, bagaimana Dia berkehendak dan seperti apa yang Allah kehendaki.” [lihat, Dar’u Ta’arudh al-’Aql wa an-Naql (II/30)]



Ø Perkataan Al-Hafizh Abu Bakar al-Humaidi (guru Imam Bukhari) semoga Allah merahmatinya. Wafat 219 H

Beliau berkata :As-Sunnah menurut kami adalah : ”Dan kami menegaskan : ”Yang Maha Pemurah, Bersemayam di atas Arsy.” [Q.S Thaahaa ayat 5] Barangsiapa yang berpendapat selain itu, berarti dia seorang Mu’aththil dan Jahmi.” [Lihat, Ushuulus Sunnah, point 8 karya Imam al-Humaidi]



Orang Mu’aththil adalah orang yang mengingkari sifat Allah baik setengah atau seluruhnya.



Orang Jahmi adalah orang yang mengikuti pemikiran Jahm bin Shafwan pendiri aliran sesat Jahmiyah.



Ø Perkataan Imam Ibnu Abi Hatim ar-Razi (semoga Allah merahmatinya) lahir 240 H.

Beliau berkata : ”Aku bertanya kepada ayahku Imam Abu Hatim dan Imam Abu Zur’ah -semoga Allah meridhai mereka- tentang pendapat Ahlus Sunnah dalam masalah aqidah, juga pemahaman para ulama diberbagai kota yang mereka berdua ketahui, serta apa saja yang mereka berdua yakini. Maka, kedua nya berkata : ”Kami telah berjumpa dengan para ulama di seluruh kota baik itu Hijaz, Irak, Mesir, Syam ataupun Yaman, maka diantara madzhab mereka anut adalah :



”Bahwa Allah Azza wa Jalla berada diatas Arsy-Nya, terpisah dari seluruh makhluk-Nya, sebagaimana yang ditetapkan-Nya didalam kitan-Nya (al-Quran) melalui lisan Rasul-Nya Shallallahu’alaihi wa sallam, tanpa diketahui bagaimana nya. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” [Lihat, Ashlus Sunnah wa I’tiqaduddien, Point ke 7. Imam Ibnu Abi Hatim]



Ø Perkataan Imam Abul Hasan al-Asy’ari (semoga Allah merahmatinya) wafat 324 H.

Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah berkata didalam ”Maqalat al-Islamiyin” : Beberapa pokok yang dipegang teguh oleh Ahli Hadits dan Ahlus Sunnah : Dan Bahwasanya Allah Subhanahu wa ta’ala bersemayam diatas Arsy-Nya. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala. ”Allah Yang Maha Pengasih bersemayam diatas Arsy” [Q.S Thaahaa ayat 5]”



Didalam risalah yang beliau tulis untuk penduduk negeri Tsaghar, beliau berkata : ”Dan mereka sepakat bahwasanya Allah berada diatas langit-langit-Nya, diatas Arsy-Nya bukan di bumi-Nya.” [Lihat, Maqalat al-Islamiyin dan Risalah Ila Ahli ats-Tsaghar, karya Imam Abul Hasan al-Asy’ari dan syarah nya I’tiqad Ahlissunnah Ashhab al-Hadits, karya Syaikh DR.Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais]



Ø Perkataan Syaikhul Islam Abu Ismail ash-Shabuni (semoga Allah merahmatinya) Lahir 372 Hijriah.

Syaikhul Islam Abu Ismail as-Shabuni rahimahullah berkata : ”Ahlus Hadits berkeyakinan dan bersaksi bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas tujuh lapis langit, diatas Arsy-Nya. Sebagaimana yang diungkapkan dalam kitab-Nya, yakni firman Allah” (beliau menyebutkan ayat al-Quran diatas).



Kemudian beliau berkata : ”Para Ulama dan Tokoh – Tokoh Imam dari kalangan Sahabat, Tabi’in dan Tabi’Tabi’in (as-Salaf ash-Shaleh) tidak pernah berselisih pendapat bahwa Allah Azza wa Jalla di atas ”Arsy-Nya” dan sesungguhnya Arsy-Nya itu diatas tujuh lapis langit.” [Lihat, Aqidah Salaf Ashhabul Hadits, point 19 – 37]



Ø Perkataann Syaikhul Islam Abdul Qadir Jailani (semoga Allah merahmatinya)

Syaikh Abdul Qadir Jailani rahimahullah berkata didalam ”Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq fi al-Akhlaq” beliau berkata : ”Mengenal Allah, secara ringkas, mengenal Allah melalui tanda-tanda dan beragam adalah Dia berada ditempat yang tinggi, bersemayam di Arsy. Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu.” Lalu beliau menyebutkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala [Q.S 35 Faathir ayat 10 dan Q.S As-Sajdah ayat 5]



---ooo---



DALIL FITRAH MANUSIA

Ø Pertama : Kita lihat orang yang berdoa, kemanakah dia mengangkat tangan nya. Keatas atau kebawa.....?

Jawab : Pasti ke atas. Ini dalil bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas.



Ø Kedua : Dari mana Air Hujan itu Turun. Dari langit atau dari bawah bumi....?

Jawab : Pasti dari atas. Ini dalil bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berada diatas.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

”Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengambang.” [Q.S 13 : Ar-Ra’d ayat 17]



Dan ayat yang berbunyi seperti ini banyak sekali didalam al-Quran. Silahkan lihat didalam al-Quran.



Ø Ketiga : Dari mana Al-Quran itu. Dari langit atau dari bawah bumi....?

Jawab : Pasti dari langit. Ini dalil bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berada dilangit.

“Dan Al Quran ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya?” [Q.S 21 : Al-Anbiyaa’ ayat 50]



Dan ayat yang berbunyi seperti ini sangat banyak sekali.



Ø Keempat : Darimana Nabi Adam Alaihissalam, dan Siti Hawa diturunkan dari surga....?

Jawab : Pasti dari Surga yang ada dilangit.



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

“Allah berfirman: "Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan." [Q.S 7 Al-A’raaf ayat 24]



Dari ayat ini, sangat jelas sekali bahwa surga itu ada dilangit dan Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas langit.



Ø Kelima : Darimana Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam itu isra’ mi’raj,...?

Jawab : Pasti dari Baitullah Mekkah ke Masjidil Aqsha, setelah itu naik kelangit.



Terakhir, sebenarnya banyak sekali dalil – dalil tentang masalah ini. Akan tetapi saya cukupkan hanya 6 dalil saja, untuk lebih lanjutnya –insya’Allah saya jelaskan didalam kitab Al-Istiwa’. Semoga Allah memudahkan kami menulisnya.



Yang keenam adalah : Bacaan kita ketika sujud didalam shalat yakni doa “Mahasuci Rabb, yang Maha Tinggi.”



Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala ada dimana-mana sebagaimana yang dikatakan orang yang bodoh itu, kenapa mereka sendiri mengatakan Allah yang Maha Tinggi. Tidakkah mereka menyadari diri mereka berada diatas kesesatan yang nyata.



---ooo---



1. Hukuman Bagi yang Orang Mengingkari Sifat Istiwa (Bersemayam Allah diatas Arsy-Nya)



Imam Abu Ja’far Muhammad bin Shalih bin Hani’ mengatakan : ”Aku pernah mendengar al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah berkata : ”Barangsiapa yang tidak menetapkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berada diatas Arsy-Nya (sifat bersemayam), diatas tujuh lapis langit. Maka dia KUFUR kepada Rabb-Nya, halal Darahnya. Dan (dia) harus dipaksa bertaubat, kalau tidak mau, maka dipenggal kepalanya. Lalu dicampakkan ke dalam TONG SAMPAH agar kaum muslimin maupun orang – orang kafir dzimmi yang bersama mereka tidak terganggu oleh bau bangkainya yang busuk. Harta nya dianggap rampasan perang / fai, tidak hala diwariskan kepada kaum Muslimin. Karena orang muslim tidak mewarisi harta orang kafir. sebagaimana orang yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam ”Orang kafir tidak mewariskan orang muslim, demikian juga sebaliknya.” [Diriwayatkan oleh Bukhari]. [Lihat, Aqidah Salaf Ashhabul Hadits, point ke 29]



Subhanallah, Allahu Akbar, begitulah ketegasan para Ulama terdahulu memegang aqidah mereka, sangat kuat sekali. Lalu bagaimana jika al-Imam Abu Bakar Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah hidup pada zaman kita sekarang, pasti banyak orang – orang Islam akan dipenggal kepala mereka. Karena mereka mengingkari sifat bersemayam-Nya Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas Arsy-Nya. Mengingkari sifata istiwa berarti mengingkari al-Quran, as-Sunnah, dan ijma’ Ulama. Itulah yang menyebabkan nya berada dijurang kekufuran.



---ooo---



2. Bertanyan Bagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala bersemayam adalah HARAM dan MUNGKAR, LAGI SESAT.



Ja’far bin Abdillah (Murid Imam Malik) rahimahullah berkata : “Kami berada dirumah Malik bin Anas. Kemudian ada orang yang datang dan bertanya : “Wahai Abu Abdillah (gelar Imam Malik) Allah ar-Rahman bersemayam (istiwa) diatas Arsy. Bagaimana Allah bersemayam?”



Mendengar pertanyaan itu, Imam Malik bin Anas rahimahullah marah. Beliau tidak pernah marah seperti itu. Kemudian beliau melihat ke tanah sambil memegang – megang kayu ditangan nya. Lalu beliau mengangkat kepada beliau dan melempar kayu tersebut, lalu berkata : “Cara Allah bersemayam (istiwa) tidaklah dapat dicerna dengan akal, sedangkan bersemayam (istiwa’) itu sendiri sudah dimaklumi makna nya (artinya sebagaimana adanya-pnls). Sedangkan kita wajib mengimaninya (yakni Allah bersemayam-pnls). Dan bertanya (bagaimana) adalah Bid’ah (perkara yang baru didalam agama). Dan saya kita kamulah PELAKU BID’AH itu.” Kemudian Imam Malik menyuruh orang itu agar dikeluarkan dari rumah beliau.” [Lihat, al-Hilyah, VI/325 – 326 dan kitab ulama lain nya]



---ooo----



3. Hukuman Bagi Orang yang Tidak Mengetahui Keberadaan Allah Subhanahu wa Ta’ala :



Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata :

“Siapa yang berkata : “Saya tidak tahu Tuhan ku itu dimana, di langit atau di bumi” maka orang tersebut telah menjadi KAFIR. Demikian pula orang yang berkata : “Tuhan ku diatas Arsy. Tetapi saya tidak tahu Arsy itu di langit atau di bumi.” [Lihat, al-Fiqh al-Absath hal 46 dan kitab lain – lain nya]



---ooo---



SOAL : Bagaimana dengan firman Allah : ”Allah bersama kamu dimana saja kamu berada” [Q.S al-Hadid ayat 4]



JAWAB :

Wahai saudara ku, semoga Allah merahmati mu. Ayat ini sangat jelas makna, kenapa engkau potong ayat ini. Kenapa...?



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

”Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas ´Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [Q.S 57 al-Hadid ayat 4]



Wahai saudara ku, semoga Allah memberi hidayah kepada mu. Allah menetapkan bahwa ”Dia Ar-Rahman bersemayam diatas Arsy-Nya.” Adapun penafsiran ”Dia bersama kamu dimana saja kamu berada” adalah ayat selanjutnya ”Dan Allah Melihat apa yang kamu kerjakan” artinya dimana saja kamu berada, dibarat atau ditimur, diselatan atau diutara. Kamu tidak akan bisa lari dari pengawasan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Adapun Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala diatas Arsy-Nya. Bukankah ini sangat jelas sekali. Jadi maksud ”Dia bersama kamu di mama saja kamu berada” ini adalah penglihatan, pendengaran dan ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu bersama kita.



Imam Malik rahimahullah berkata : ”Allah dilangit, dan ilmu (pengetahuan) Allah meliputi setiap tempat.” [Lihat, Masail al-Imam Ahmad, hal 263 dan kitab lain nya]



Kata ”Dia bersama kamu disaja berada” sama seperti seseorang menulis sebuah surat ”Saya selalu bersama mu, padahal dia jauh dari pembaca nya.”



Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Abu Hanifah Rahimahullah :

Ada seorang wanita bertanya kepada beliau (Imam Abu Hanifah) rahimahullah : ”Dimana Tuhan Anda, yang Anda sembah itu?” Beliau menjawab : ”Allah Subhanahu wa Ta’ala ada dilangit, TIDAK DI BUMI” Kemudian ada seseorang bertanya : ”Tahukah Anda, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ”Allah itu bersama kamu” [Q.S al-Hadid ayat 4]



Beliau rahimahullah menjawab : ”Ungkapan itu sama seperti kamu menulis surat kepada seseorang (dengan kata-kata) ”Saya akan selalu berada bersama mu” Padahal kaum jauh darinya. (Tidak disamping atau bersama nya)” [Lihat, al-Aswa wa ash-Shifat, hal 429]



Imam Abu Hanifah rahimahullah juga berkata : ”Allah Subhanahu wa Ta’ala ada DI LANGIT, TIDAK DIBUMI” Kemudian ada orang yang bertanya : ”Tahukah Anda bawah Allah berfirman : ”Allah itu bersama mu.” [Q.S Al-Hadid ayat 4]



Beliau menjawab : ”Ungkapan itu seperti kamu menulis surat kepada seseorang ”Saya akan selalu bersama mu” padahal kamu jauh dari nya.” [Lihat, al-Asma’ ash-Shifat, (II/170)]



---ooo---



SOAL : Bagaimana dengan firman Allah : ”....dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya,” [Q.S Qaaf ayat 16]



JAWAB :

Wahai saudara ku, semoga Allah merahmati mu. Ayat ini sangat jelas makna, kenapa engkau potong ayat ini. Kenapa...? Lanjutkan ayat ini jika engkau benar-benar beriman kepada al-Quran.



Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” [Q.S Qaaf ayat 16-17]



Wahai saudara ku, semoga Allah memberi hidayah kepada mu. Bukankah sudah kami katakan ”Jangan dipotong ayat ini, sehingga makna nya rusak”



Maksud firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

”Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” Maksud ayat ini dijelaskan oleh ayat selanjutnya. ”(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.”



Kesimpulan :

1. Allah Subhanahu wa Ta’ala berada diatas langit, bersemayam diatas Arsy-Nya.

2. Ilmu, Penglihatan, Pendengaran Allah Subhanahu wa Ta’ala meliputi segala sesuatu dan selalu mengawasi kita.

3. Mengingkari sifat istiwa’ (bersemayam) adalah kekufuran dan pelakunya terancam kafir.

4. Bertanya bagaimana bersemayam Allah adalah perbuatan yang Haram, dan Bid’ah. Karena bersemayam sudah diketahui dan dimaklumi.

5. Adapun turun nya Allah Subhanahu wa ta'ala kelangit dunia adalah benar, itu semua sesuai dengan kebesaran-Nya. Dalilnya lihat didalam al-Quran ttg perkataan musa yang ingin melihat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan hadits ttg keutamaan shalat tahajjud.

6. Adapun Arsy-Allah adalah Singgasana Allah, jika kursi Allah meliputi langit dan bumi, maka Arsy lebih besar dari itu. Jika tidak terlalu panjang, pasti sudah saya bahas didalam artikel ini



semoga ini cukup dan bisa melepaskan dahaga bagi orang yg haus akan aqidah yg benar.



semoga Allah mengampuni kami, kedua orangtua kami dan kaum muslimin.



Penulis :



Prima Ibnu Firdaus Ar-Arani



Sumber :

a. I’tiqad al-A’immah al-Arba’ah, Syaikh DR.Muhammad Abdurrahman al-Khumais.

b. Aqidah Salaf Ashhabul Hadits, Syaikhul Islam Abu Ismail Ash-Shabuni.

c. Ushuulud Diin Indal A’immatil Arba’ah Waahidah, Syaikh DR.Nashir bin Abdullah al-Qafari.

d. Ahlus Sunnah wa I’tiqaduddien, Imam Ibnu Abu Hatim ar-Razi.

e. Ushuulus Sunnah, Imam al-Hafizh Abu Bakar al-Humaidi.

f. I’tiqad Ahlissunnah Ashhab al-Hadits, Syaikh DR.Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais.

g. Syarah Aqidah Ahlus Sunnah, al-Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas.

h. Al-Masa’il, al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat.

i. Tafsir Al-Quran Al-Azhim, al-Hafizh Ibnu Katsir.